Alloh ta’ala Maha Pemberi petunjuk. Alloh ta’ala telah menurunkan Al-Qur’an dan Rosul-Nya sebagai petunjuk dari Alloh ta’ala kepada seluruh manusia. Dalam hal yang terkecil pun ada petunjuknya seperti adab tentang buang air. Dalam penggunaan harta yang telah Alloh ta’ala anugerahkan kepada seseorang/ keluarga ada petunjuknya. Dengan menggunakan harta sesuai petunjuk Alloh ta’ala dapat mengatarkan pada keberkahan dan kebahagiaan.
Perlu diimani bahwa harta adalah bagian dari rezeki yang telah Alloh ta’ala tetapkan sebelum manusia itu lahir, maka jangan khawatir tentang hal itu. Hanya saja pembahasan penting bagi umat Islam tentang usahanya meraih rezeki dengan baik dan menyalurkannya dengan baik pula, karena kedua hal itu menjadikan keberkahan pada harta yang dititipkan Alloh ta’ala kepada manusia.
Harta yang berkah diraih dengan cara yang baik.
Ada banyak cara untuk meraih rezeki Alloh ta’ala yang berupa harta. Semua itu ada petunjukknya di dalam sumber agama Islam. Di antara hal tersebut yaitu:
Bekerja dengan Tangan Sendiri.
Harta yang paling baik bagi kita adalah harta dari usaha kita dalam berkerja dengan tenaga sendiri baik pikiran dan anggota badan, tidak bergantung kepada orang lain. Rosululloh shalallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
« مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَإِنَ نَبِيَّ اللهِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ »
“Tidak ada sesuatu yang dikonsumsi seseorang yang lebih baik dari hasil kerja tangannya. Sesungguhnya nabi Dawud makan dari hasil kerja tangan beliau.” (HR. al-Bukhori)
Banyak pekerjaan yang halal dapat dilakukan oleh setiap orang muslim, tanpa harus melakukan pekerjaan yang haram. Dengan itu harta menjadi berkah.
Bekerja dengan penuh ketakwaan.
Seorang muslim dituntut beriman dan bertakwa dalam pekerjaannya mencari harta, karena harta yang akan diraihnya berasal dari Alloh ta’ala. Seorang muslim harus yakin kepada Alloh ta’ala atas anugerah yang akan diberikan kepadanya, tidak ada yang dapat memberikan hal itu kecuali Dia. Oleh karena itu, ketakwaan dan ketawakkalan kepada Alloh ta’ala menjadi sebab peroleh harta yang berkah. Alloh ta’ala berfirman:
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.“ (QS. al-A’rof [7]: 96)
Sebaliknya, seorang mendustakan Alloh ta’ala dengan menganggap harta yang diperoleh dari tangannya sendiri bukan dari pemberian Alloh ta’ala dapat menyebabkan hilang keberkahan dalam hartanya.
Bersyukur Atas Harta yang diperoleh.
Sebab yang ketiga agar harta yang kita miliki menjadi berkah adalah bersyukur. Sikap kita yang selalu bersyukur kepada Alloh ta’ala akan membukakan pintu kasih sayang-Nya dengan memberikan tambahan dan keberkahan kepada hambanya. Alloh ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrohim [14]: 7)
Sebaliknya, orang yang enggan mensyukuri harta yang yang dimilikinya, walaupun hanya sedikit akan mendatangkan murka Alloh ta’ala dan hartanya menjadi sia-sia. Seperti yang dilakukan oleh kaum Saba’, mereka ingkar kepada Alloh ta’ala, sehingga kenikmatan mereka diganti dengan yang sedikit.
Sebab yang keempat agar harta menjadi berkah adalah doa. Seorang Muslim disyariatkan untuk memanjatkan doa kepada Alloh ta’ala agar diberikan keberkahan baik harta, keluarga dan lainnya. Hal itu, dicontohkan oleh Rosululloh shalallohu ‘alaihi wasallam. Pada saat paceklik dan perang Ahzab, para sahabat bersusah payah menggali parit untuk menghadang serangan musuh. Dalam keadaan itu, Nabi berdoa:
« اللَّهُمَّ إِنَّهُ لّا خّيْرَ إِلاَّ خَيْرَ الآخِرَةِ، فَبَارِكْ فِي الأَنْصَارِ وَالمُهَاجِرَةِ »
“Ya Alloh ta’ala, Sesungguhnya tidak ada kebaikan melainkan kebaikan Akhirat. Berilah keberkahan pada orang Anshor dan Muhajirin.” (HR. al-Bukhori)
Di lain kesempatan, Rosululloh shalallohu ‘alaihi wasallam mendoakan Anas bin Malik pembantu setianya
« اللَّهُمَّ أَكْثِرْ مَالَهُ وَوَلَدَهُ وَبَارِكْ لَهُ فِيمَا أَعْطَيْتَهُ »
“Ya Alloh ta’ala perbanyaklah hartanya dan anaknya, berkahilah dia dan pada apa yang engkau berikan.” (HR. al-Bukhori dan Muslim)
Setelah itu, Anas bin Malik menyatakan bahwa hartanya sangat banyak dan mendapatkan keberkahan dari Alloh ta’ala.
Harta yang berkah disalurkan pada hal yang baik.
Selain dari cara meraih harta, keberkahan dalam harta dapat diusahakan melalui cara penggunaannya.
Seorang Muslim dilarang menimbun harta, sehingga hak-hak anggota badan dan orang-orang yang ada disekitarnya tidak terpenuhi. Hal itu termasuk mendzolimi diri sendiri dan orang lain. Oleh karena itu, harta harus disalurkan kepada haknya masing-masing. Seorang dituntut tidak kikir dan tidak boros. Alloh ta’ala berfirman tentang sifat orang Mukmin:
“Orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (QS. al-Furqon [25]: 67)
Berikut ini beberapa hal penggunaan harta yang menyebabkan keberkahan pada harta yang kita miliki:
Nafkah pada diri sendiri dan keluarga.
Hak badan kita dan keluarga kita harus dipenuhi. Harta yang paling baik untuk memenuhi kebutuhan itu adalah harta yang kita peroleh dari usaha sendiri seperti hadits tentang Nabi Dawud di atas, bukan harta orang lain. Seorang laki-laki yang mempunyai pekerjaan dan harta, maka hartanyalah yang lebih patut untuk dinafkahkan kepada dirinya sendiri, isteri dan keluarganya, bukan harta orang lain atau harta Negara. Rosululloh shalallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
« وَإِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِى بِهَا وَجْهَ اللهِ إِلاَّ أُجِرْتَ بِهَا حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِى فِيِّ امْرَأَتِكَ »
“Dan sesungguhnya tidaklah engkau menginfaqkan suatu nafkah kemudian engkau mengharap wajah Alloh ta’ala kecuali engkau mendapatkan pahala, bahkan nafkah yang engkau berikan pada istrimu (juga mendapat pahala).” (Muttafaqqun ‘Alaih).
Apabila orang itu memiliki orang tua yang membutuhkan nafkahnya, maka hartanya layak dinafkahkan kepada orang tuanya, bukan menggantungkan pada saudaranya dan orang lain.
« دِيْنَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي سَبِيْلِ اللهِ وَدِيْنَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي رَقَبَةٍ وَدِيْنَارُ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِيْنٍ وَدِيْنَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِي أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ »
“Satu dinar yang kamu nafkahkan di jalan Alloh ta’ala, satu dinar yang kamu nafkahkan untuk memerdekakan budak, satu dinar yang kamu berikan kepada orang miskin dan satu dinar yang kamu nafkahkan kepada keluarga, yang paling besar pahalanya adalah yang kamu nafkahkan untuk keluarga”. (HR. Muslim)
Belanja yang Bermanfaat.
Harta dapat menjadi berkah dan dapat menjadi fitnah, hal itu tergantung pada sikap pemiliknya terhadap harta. Orang yang berlebihan dalam mencintai harta dapat mengantarkan kepada kerusakan dirinya sendiri di dunia dan di akhirat. Rosululloh shalallohu ‘alaihi wasallam memperingatkan umatnya tentang fitnah harta:
« إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةٌ، وَفِتْنَةَ أُمَّتِي الْمَالُ »
“Sesungguhnya pada setiap umat ada fitnah (yang merusak dan menyesatkan mereka) dan fitnah (pada) umatku adalah harta.” (HR. Tirmidzi, dan dishohihkan oleh al-Albani)
Untuk menghidari fitnah harta, maka gunakanlah harta dalam pembelanjaan barang-barang yang halal dan bermanfaat di dunia dan di akhirat.
Infak dan Sedekah.
Harta yang kita miliki anugerah Alloh ta’ala yang di dalamnya ada hak orang lain. Sehingga Islam mewajibkan umat Islam yang mampu untuk membayar zakat untuk fakir, miskin dan orang-orang yang berhak menerima zakat.
Infak orang Muslim karena Alloh ta’ala dapat menambah keberkahan hartanya bukan mengurangi hartanya. Sesuai dengan janji Alloh ta’ala di dalam al-Qur’an:
“Barang apa saja yang kalian nafkahkan, maka Alloh ta’ala akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’ [34]; 39)
Rosululloh shalallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Tidaklah sedekah itu mengurangi harta, dan tidaklah Alloh ta’ala menambah bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya (kepada saudaranya) kecuali kemuliaan, serta tidaklah seseorang merendahkan diri di (hadapan) Alloh ta’ala kecuali Dia akan meninggikan (derajat)nya.” (HR. Muslim)
Infak dan sedekah dikala lapang dan dikala sempit
“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Alloh ta’ala kepadanya.” (QS. Al-Tholaq [65]: 7)WAlloh ta’alau A’lam…?
http://dainusantara.com/agar-harta-menjadi-berkah/